Try us on Wibiya!

Dapatkan dibayar Untuk Mempromosikan Pada Setiap WebSite

Get paid To Promote at any Location

Minggu, 24 Oktober 2010

Derita Istri menderita karena suami

Perjuangan dari Lembah Hitam

   Sri, kapan kowe bali, kowe lungo ora pamit aku, jarene ning pasar arep tuku terasi, tekan saiki ora bali-bali... (Sri, kapan kamu pulang, kamu pergi tanpa izin, katamu mau ke pasar membeli belacan,sampai sekarang tiada pulang). Penggalan lagu campursari yang dipopulerkan Sony Josz ini tampaknya mewakili isi hati Rama -bukan nama sebenarnya- seorang suami yang baru saja ditinggal kabur istrinya.

   Ditemui di rumahnya di Kijang, kemarin pagi, lelaki berusia 46 tahun kelahiran Lingga ini masih tergolek di atas dipan tempat tidurnya. Sisi tempat tidur sengaja dihimpitkan dengan dinding tembok yang di atasnya terdapat jendela. Biar ia tak kepanasan. Tubuhnya tampak kurus, tulang dadanya menonjol. Cambang, jenggot, kumisnya tak terawat. Ia baru pulang dari rumah sakit semalam. Stroke yang dideritanya belum sembuh benar, juga luka akibat kecelakaan yang mengharuskannya terkapar semalam di tepi jalan, sebelum paginya ditemukan warga di Batu 23, tiga bulan lalu.Penabraknya sendiri kabur.

   Dulu berat badannya hampir 60 kilogram. Kurus badannya bukan hanya lantaran sakit raga, melainkan jiwanya juga teriris. Enam tahun silam, Rama berkenalan dengan Sinta, seorang wanita yang bekerja di sebuah kafe. Karena satu tekad, ingin mengubah hidup Sinta dari lembah hitam, akhirnya Rama memberanikan diri mengeluarkannya. Bukan tanpa halangan. "Saya harus berhadapan dengan mami di tempat Sinta bekerja. Soalnya bukan hanya Sinta yang saya keluarkan, tetapi ada empat temannya yang lain," tutur Rama sambil terbaring.

   Sejenak, lelaki yang dikaruniai tiga anak ini mengubah posisi tidurnya agar bisa bercerita lebih nyaman. Ia menghela nafasnya dalam-dalam. Memandang langit-langit kamarnya. Sesekali ia menggerakkan tangan kanannya yang masih menyisakan bekas jarum infus di pergelangannya. Akibat stroke, jemarinya tak bisa bergerak sempurna. Ia sempat minta maaf tak bisa bersalaman sempurna sewaktu uluran tangan saya.

   "Saya mencintai Sinta," lanjut Rama. Cintanya tak bertepuk sebelah tangan.Sinta mengatakan kepadanya, sebenarnya ia juga ingin keluar dari pekerjaannya itu jika ada yang bersedia menikahinya. Dua bulan setelah itu, Rama dan Sinta menikah. Menyadari jika istrinya butuh bimbingan, Rama tak henti-hentinya memberikan nasihat. Awal pernikahan itu terasa indah, apalagi Sinta mencoba mengubah dirinya untuk suami yang sudah bersedia mengeluarkannya dari lembah hitam. Melihat perubahan Sinta, Rama mengimbanginya dengan bekerja keras mencukupi kebutuhan keluarganya.

   Rumah sewanya, juga di Kijang, perlahan-lahan mulai lengkap isinya. Springbed tebal, kulkas, alat rumah tangga dan elektronik lain mampu juga dibelinya. Untuk urusan bekerja, Rama memang tak pernah memilih. Pagi hingga sore bekerja sebagai buruh bangunan, sorenya ia mengojek. Jika sedang musim udang, ia tak segan-segan turun ke laut. Sementara Sinta tinggal di rumah, memasak dan melayani kebutuhan batin sang suami.(nah/dly/bersambung) Sumber: Posmetrobatam.com

0 comments:

Posting Komentar

Paling sering dibaca

Pengikut